“Kita Kok Jadi Bangsa yang Senang Barang Bekas”

Pengamat Militer Anak Agung Banyu Perwita menyesalkan sikap pemerintah yang mau menerima empat buah pesawat Hercules C 130 dari Australia. Dia mengatakan dengan mengeluarkan uang kepada Australia, ini adalah hal yang aneh.
“Itu setengah hibah dan setengah beli, kalau hibah, kita tidak perlu bayar apa-apa. Ini suatu kebijakan yang aneh. Kita kok jadi bangsa yang senang barang bekas, dan itu diumumkan presidennya sendiri,” kata Banyu saat berbincang dengan Okezone.
Dia menambahkan bahwa pemerintah justru kita akan merugi, karena membeli pesawat Hercules C 130, karena membutuhkan banyak uang untuk perbaikan.
“Saya enggak ngerti cara berfikir pemerintah, SBY kemarin tidak cukup terbuka kepada publik kita berbicara,” ungkapnya.
Kenapa tidak membeli pesawat yang baru saja, lanjut Banyu, atau mendayagunakan PT Dirgantara Indonesia. “Pasawat Hercules C 130 hanya akan membuat ke khawatiran bagi kita. Mengulang hal yang sama,” tukasnya.
Sebelumnya Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR, TB Hasanudin menentang sikap pemerintah soal penerimaan empat buah pesawat Hercules C 130 dari Australia. Hibah tersebut dianggap terlampau mahal dan belum mendapat persetujuan DPR.
Sesuai Pasal 23 Ayat 1 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, penerimaan hibah dari negara atau lembaga asing harus dengan persetujuan DPR.
Selain itu, menurut Hasanudin, berdasarkan informasi yang dia terima, pesawat Hercules C 130 yang dihibahkan kepada Indonesia itu tidak laik terbang dan perlu menjalani perbaikan dengan dana tidak kurang dari USD60 juta atau USD15 juta per unitnya.
“Aneh memang. Karena dalam waktu yang sama Australia juga menawarkan enam buah pesawat sejenis (dalam kondisi siap operasional) seharga USD90 juta atau USD 15 juta per unit. Artinya harga jual dan harga hibah sama,” sesal Hasanudin, Jumat 6 Juli 2012.

0 komentar: